Selasa, 01 Mei 2012

Biarkan Pergi (FF)


Biarkan Pergi

“Kuterlempar dan jatuh di kegelapan malam
Memaksaku untuk menerima satu kenyataan
Hari esok entah ku yang harus melupakan
Sejuta harapan untuk selamamnya”

“Aku minta cerai, Mas!”
Kata itulah yang terakhir kudengar dari bibir manismu, Sayang. Ya, mungkin kau menganggapku sudah gila karena sampai saat ini aku masih memanggilknu dengan sebutan sayang.
Malam itu kau datang padaku dengan linangan air matamu yang tak kumengerti. Padahal saat itu pernikahan kita baik-baik saja. Malah esok harinya aku berencana untuk mengajakmu berbulan madu yang telah 5 bulan tertunda karena padatnya jadwal pekerjaanku
Aku malah lebih takjub lagi dengan lembaran map yang kau lempar di hadapanku. Map yang berisi surat perceraian. Aku benar-benar tak mengerti apa maksudmu saat itu. Aku pikir kau sosok setia yang bisa mempertanggungjawabkan kata-katamu. Ternyata kau tak lebih dari seoarang pengobral janji.
Saat ini, setelah kau memutuskan pergi dariku. Aku merasa sepi. Tak punya mimpi. Mimpi indahku telah kau rampas begitu saja. Mimpiku yang ingin membangun rumah tangga denganmu hingga nyawa yang yang memisahkan nanti telah terkubur dalam-dalam di hidupku. Itu semua hanya sebatas bayanganku saja.
-o0o-
Mimpiku telah berakhir setelah aku menemukan jaket yang tergantung di kamar pengantin kita. Bau parfumnya yang sangat menyengat itu membuat hatiku berdesir. Apalagi setelah aku menemukan lipstikmu yang tertinggal di sana. Betapa hancurnya aku. Mungkin tak seorangpun yang mampu memungut serpihan hatiku karena terlanjur berkeping-keping karenamu.
“Sayang, aku merindukanmu.”
Apa kau ingat pertengakaran waktu itu? Aku kalap. Aku membanting semua yang ada di hadapanku termasuk kau. Hingga kau terpental hebat di kasur.
Ya, sms teman lelakimu itulah yang membuat emosiku memuncak. Aku tak akan membiarkan lelaki manapun menyebutmu sayang. Karena akulah satu-satunya lelakimu.
Ah, sudahlah. Lupakan saja hal itu. Anggap saja kita tak pernah bertemu. Karena aku terlanjur terluka. Benar-benar hancur.

Maaf, Mas. Bukannya aku sengaja menghianatimu. Tapi, kau yang selalu membuatku bersikap begitu. Tanpa kau tahu aku selingkuh di belakangmu. Dan tentu kau tahu alasannya. Kau tak pernah ada untukku. Aku seperti wanita malang tanpa mengenal malam. Tapi aku juga bukan wanita jalang yang suka bermain harga diri.
Aku terpaksa melakukannya, Mas. Lelaki itu bukan orang lain. Dia tak lain adalah adik kandungmu sendiri. Aku punya alasan untuk bercerai darimu. Karena aku tidak mau membuatmu lebih terluka lagi dengan kehadiran janin yang bukan darimu.
Maafkan aku, Mas. Aku yakin. Setelah kau membaca surat ini kau akan sepenuhnya marah padaku. Lalu kau akan menandatangani surat perceraian itu.
Sonia, istrimu.

Setelah membaca surat darimu aku memang marah sejadinya. Apalagi adikku yang selama ini menjadi pelarianmu. Tapi aku tak menandatanganinya. Aku malah merobeknya. Aku sengaja menggantungkanmu tanpa surat perceraian resmi dari pengadilan. Entah, mengapa aku tak bisa melepasmu meski kau telah menghancurkan imipianku.

“Pergi semua tlah pergi
Ku harus relakan kau pergi tinggalkan hati
Biarlah semua menjadi
Kenangan yang indah yang tak bisa kumiliki”

Lamongan, 13 November 2011

Rabu, 11 April 2012

Tentang Sketsa Kata

Saya menamai blog ini SKETSA KATA memiliki arti tersendiri. Dari kata SKETSA yang berarti pelukisan dengan kata-kata mengenai suatu hal secara garis besar; tulisan singkat; ikhtisar ringkas. Sedang KATA yang berarti unsur bahasa yg diucapkan atau dituliskan yg merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yg dapat digunakan dl berbahasa. So, pastilah saya suka BAHASA, karena dengan berbahasa saya dapat mengungkapkan sesuatu yang ada dalam pikiran. Saya juga suka merangkai kata dengan berbekal hati dan imaji, bukan berbekal pikiran. Yuk, menulis dengan hati!